Selasa, 16 Maret 2010

Obama musuh islam

Tak beberapa lama lagi, Presiden Barack Obama akan mengunjungi Indonesia. Pemerintah membuka pintu lebar-lebar terhadapnya karena dianggap akan memberi keuntungan bagi Indonesia. Bahkan, pemerintah meminta rakyat untuk menghormati tamu kehormatan pemerintah tersebut. Seperti apa sikap yang harus ditunjukkan oleh umat Islam, berikut wawancara wartawan Media Umat Mujiyanto dengan Jubir HTI M Ismail Yusanto.


Obama akan mengunjungi Indonesia. Sikap apa yang harus ditunjukkan umat Islam?


Tolak.


Mengapa kedatangannya harus ditolak?


Obama adalah presiden dari sebuah negara yang saat ini jelas-jelas tengah menjajah negeri Muslim, seperti Irak dan Afghanistan. AS juga terus menyerang wilayah perbatasan Pakistan dan Afghanistan. Akibatnya, negara-negara itu kini hancur berantakan. Bukan hanya secara fisik, tapi juga secara sosial, politik, ekonomi dan budaya. Tak terhitung besarnya kerugian yang ditimbulkan. Ratusan ribu bahkan mungkin jutaan rakyat di sana meninggal karenanya. Menurut penelitian John Hopkins University, akibat invasi AS ke Irak sejak tahun 2003 lebih dari 1 juta warga sipil Irak tewas. Siapa yang harus bertanggung jawab atas semua tragedi ini? Amerika Serikat tentu. Dan kini negara itu dipimpin oleh Obama. Memang dulu ketika AS menginvasi Irak dan Afghanistan, AS dipimpin oleh Presiden Bush. Tapi Obama tidak mengubah kebijakan biadab itu. Memang pernah ada rencana untuk menarik pasukan dari Irak tapi hingga sekarang belum diwujudkan. Ia bahkan sudah memutuskan menambah 30 ribu pasukan ke Afghanistan. Itu artinya tingkat kerusakan dan penderitaan rakyat di sana, termasuk yang kemungkinan bakal tewas, akan meningkat.


Nah, sosok presiden seperti itulah yang rencananya akan mengunjungi negeri kita. Sebuah sosok yang kejam, yang tidak beda dengan Bush, yang tangannya berlumuran darah dan yang tidak memiliki rasa belas kasih sedikitpun. Ia misalnya, hingga sekarang tidak sedikitpun mengungkapkan rasa simpati terhadap para korban tragedi Gaza setahun lalu. Jangankan simpati terhadap korban atau kutukan terhadap pelaku, menyinggung peristiwa itu saja tidak pernah ia lakukan. Dalam pidato inagurasi atau pelantikannya sebagai Presiden, tak sedikitpun ia menyinggung soal Gaza. Padahal itu peristiwa besar dengan korban lebih dari 1.300 orang tewas, yang telah menarik perhatian masyarakat dunia. Tapi bagi Obama, tragedi Gaza itu seolah tidak pernah ada.


Tambahan lagi, sebagai negara, Indonesia dalam pembukaan konstitusi telah menegaskan penentangannya terhadap segala bentuk penjajahan, dan karenanya penjajahan itu harus dihentikan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dalam konteks Obama, kalau konsisten dengan prinsip ini semestinya Indonesia juga harus menentang penjajahan yang dilakukan oleh AS di Irak dan Afghanistan. Dan bentuk paling ringan penentangan itu adalah menolak kehadiran presiden dari negara penjajah itu.


Berarti ia adalah musuh umat Islam?


Ya. Jelas sekali. Dengan semua tindakan itu, berarti AS memang telah secara sengaja memusuhi umat Islam. Serangan pada satu negeri Islam hakikatnya adalah serangan terhadap seluruh umat Islam. Karena itu, dalam pandangan syariat Islam, AS sekarang ini termasuk kategori muhariban fi’lan atau negara yang dalam status perang secara de facto.


Bila AS telah mengambil sikap memusuhi umat Islam, dan tidak tampak tanda-tanda untuk menghentikan permusuhan itu meski sudah diingatkan, bahkan sudah pula diprotes oleh jutaan rakyat dari berbagai negara di dunia termasuk oleh rakyatnya sendiri, mengapa kita lantas memaksa-maksa untuk bersahabat dengannya?


Bagaimana dengan pendapat orang bahwa Obama adalah tamu yang harus dihormati?


Obama memang tamu. Tapi tamu itu ada dua macam. Tamu yang baik dan tamu yang bermasalah. Obama adalah jenis tamu yang kedua, karena dia hingga sekarang terus menghancurkan negeri-negeri Muslim dan membunuhi saudara-saudara kita di berbagai negara.


Saya ingin tanya, andai ketika dulu masih hidup Imam Samudera berkunjung ke rumah SBY, kira-kira bakal diterima nggak? Pasti ditolak, to? Mengapa? Karena Imam Samudera dianggap sebagai pembunuh. Dan pembunuh tidak layak diterima sebagai tamu terhormat, apalagi oleh seorang Presiden.


Nah, yang bakal datang nanti adalah orang yang tingkat kejahatannya jauh lebih besar dari apa yang mungkin dilakukan oleh Imam Samudera. Imam Samudera (menurut tuduhan) meledakkan 3 ton bom di sepenggal jalan di Denpasar, melukai dan menewaskan ratusan jiwa serta merusak ratusan bangunan. Sementara yang dilakukan oleh Obama adalah terus menjajah dan menghancurkan dua buah negara berdaulat dengan ratusan juta jiwa penduduk tinggal di sana. Akibatnya, bukan hanya ratusan orang tapi ratusan ribu orang tewas.


Kira-kira agenda apa yang dibawa Obama ke Indonesia?


Pasti adalah agenda untuk mengokohkan kepentingan politik dan ekonomi AS di negeri ini. Indonesia adalah negara yang sungguh penting buat AS. Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia. Kaya sumberdaya alam, khususnya energi, dan pasar yang sangat potensial untuk produk-produk ekspor AS. Sangat banyak perusahaan AS di bidang migas seperti Chevron dan Exxon Mobil serta perusahaan pertambangan seperti Freeport Mc Moran yang beroperasi di Indonesia. Dan dari perusahaan-perusahaan itu, sangat banyak AS menikmati kekayaan negeri ini. Apalagi kini AS tengah bersaing secara ekonomi dengan China. Kunjungan Obama ke Indonesia untuk memastikan bahwa Indonesia tetap dalam genggamannya.


Memang ada nuansa nostalgia karena Obama semasa kecil pernah sekolah di Jakarta. Tapi itu amat sangat tidak penting. Kita tidak boleh terkecoh. Tidak mungkin lah presiden dari sebuah negara imperialis sebesar AS datang ke sebuah negara untuk sekadar bernostalgia.


Akankah kunjungan ini menguntungkan Indonesia? Ada sebagian orang mengatakan bahwa bertindak keras kepada AS akan merugikan Indonesia.


Mungkin saja ada keuntungan, tapi bila dibandingkan dengan kerugian, pasti kerugian itu lebih besar.


Kita selama ini memang telah dikungkungi rasa takut. Seolah kita akan hancur bila melawan AS. Tapi lihatlah negara seperti Venezuela, Bolivia dan negara-negara Amerika Latin. Juga Iran yang berani tegas terhadap AS, buktinya mereka tidak hancur. Bahkan dengan cara itu, mereka justru makin maju. Iran bisa terus memanfaatkan nuklir untuk sumber energi. Lebih dari 80% hasil migas Venezuela dan Bolivia kini bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyatnya. Ini jumlah yang berkebalikan dari sebelumnya yang hanya 20%. Itu semua didapat melalui program nasionalisasi yang tentu amat ditentang oleh AS. Jadi justru karena menentang AS mereka menjadi untung, bukan buntung. Sementara, kita?


Obama pernah melewati masa kecilnya di Indonesia dan katanya neneknya juga beragama Islam. Komentar Anda?


Riwayat hidup Obama yang masa kecilnya pernah tinggal dan bersekolah di Jakarta, juga ada di antara nenek moyangnya yang beragama Islam tidak bisa dijadikan dasar untuk mengistimewakan dirinya. Obama, ya Obama. Kita menilai dari apa yang dia lakukan, khususnya selama ia menjadi Presiden AS.

Jangankan sekadar pernah tinggal, seorang warga negara Indonesia yang Muslim sekalipun bila tangannya berlumuran darah, membunuh banyak orang tetap saja harus kita hukum. Ingatlah pada sebuah hadits di mana Rasulullah menyatakan bahwa andai Fatimah anak perempuan Muhammad mencuri niscaya pasti juga akan dipotong tangannya. (MediaUmat.com)

Tidak ada komentar:

MENAJAMKAN PANCA INDRA

Kegagalan terbesar seseorang bukan karena Ia tidak bisa meraih sebuah prestasi, melainkan karena ia gagal memahami fakta kebenaran yang suda...