“Sampai usia seperti sekarang, sudahkah kita pernah melakukan
sholat dengan khusyu’?”.

Sholat adalah ibadah paling pokok dalam Syariat islam. Oleh
sebab itu, perhatian kita terhadapnya janganlah dianggap enteng. Apatahlagi ia
adalah ibadah yang paling pertama diperiksa oleh Allah SWT saat kita di hisab
nanti dikahirat. Sebagaimana yang disampaikan baginda Rasulullah Muhammad saw
dalam sebuah hadits :
وَعَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قاَلَ رَسُولُ اللهِ – صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ
القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ
، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ
، قَالَ الرَّبُ – عَزَّ وَجَلَّ – : اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ
مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى
هَذَا )) رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ ، وَقَالَ : (( حَدِيثٌ حَسَنٌ ))
Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya amal yang
pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya.
Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya
rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat
wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki
shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya.
Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi, ia
mengatakan hadits tersebut hasan.)
[HR. Tirmidzi, no. 413 dan An-Nasa’i, no. 466. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan
bahwa hadits ini shahih.]
Dari hadits di atas kita pahami betapa utamanya ibadah
sholat. Sehingga setiap kita umat islam harus benar benar memperhatikan dengan
sungguh-sungguh.
Dalam pelaksanaan sholat, tentu kita semua sama sama telah
mengetahuinya. Mulai dari gerakannya sampai setiap bacaannya. Pada intinya kita
sudah hafal betul setiap gerak dan bacaannya. Namun yang perlu kita bahas pada
kesempatan ini adalah ke-khusyu’an’ dalam pelaksanaan sholat. Sebab gerakan
sholat yang tepat serta bacaan sholat yang benar belum jaminan kita sudah
termasuk sholat dengan khusyu’. Padahal sholat dengan khusyu’ ini adalah esensi
dari pada sholat yang kita kerjakan. Dengan kata lain nilai dan inti dari
sholat kita terletak pada khusyu’.
Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa orang yang sholat dengan
khusyu’ adalah orang yang beruntung.
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang beriman
(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya.” (QS. Al-Mukminun:
1-2)
Orang beriman yang beruntung adalah yang khusyu’ dalam
sholatnya. Jika tidak khusyu’, apakah masih termasuk beruntung.?
Bahkan dalam ayat yang lain disebutkan orang yang sholat itu
bisa celaka. Betulkah ? perhatikan ayat berikut :
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu)
orang-orang yang lalai dari shalatnya” (Al Ma’un 4-5).
Ibnu Abbas menafsirkan orang yang “lalai dalam sholatnya”
adalah orang munafik dan orang yang mengerjakan sholat tidak pada waktunya”.
Senada dengan Masruq dan Abud Duha yang berpendapat bahwa ‘lalai dalam sholat’
adalah sholat di luar waktunya.
Adapaun Ata Ibnu Dinar mengatakan bahwa “lalai dalam
sholatnya” ialah sholat yang dikerjakan tidak sesuai dengan syarat dan
rukunnya, termasuk di dalamnya tidak
khusyu’. Maka pengertian ayat di atas mencakup semuanya.[tafsir ibnu
katsir]
Kesimpulannya sudah jelas, bahwa sholat yang tidak khusyu’
bisa celaka. Maka, masihkah kita mau meremehkan kualitas sholat kita.? Jangan
sampai selama ini kita sholat hanya sekedar menggugurkan kewajiban.
Naudzubillah..
Teori
sholat Khusyu’
Saat kita membaca kitab kitab para ulama yang membahas
masalah sholat yang khusyu’, atau mendengar penjelasan para ulama. Maka, kita
akan menemukan satu hadits Nabi saw yang sangat masyhur yang artinya “Sholatlah
sebagaimana kalian melihatku sholat.” (HR. Bukhari).
Maka ulama pun memberikan beberapa poin penting untuk kita
lakukan, yaitu :
1. Niat,
2. Gerakan sholat sesuai
yang dicontohkan Nabi saw,
3. Bacaan sholat sesuai
yang dicontohkan Nabi saw,
4. Mengerti setiap
bacaan dalam sholat, baik artinya maupun kandungannya.
Untuk poin satu sampai
tiga, rasanya relatif lebih mudah kita lakukan. Namun untuk poin
terakhir, tunggu dulu. Nampaknya tidak semua orang bisa. Mengapa ? karena
bacaan dalam sholat itu berbahasa Arab. Sedangnya tidak semua orang mengerti
bahasa arab. Termasuk kita di indonesia. Jangankan mengerti bahasa arab,
membacanya saja kita masih banyak yang keliru. Jadi, bagaimana mungkin kita
bisa tahu betul arti dan maknanya. Padahal ia termasuk bagian dari poin penting
dari jalan menuju sholat khusyu’ yang di tunjukkan oleh para ulama.
Gangguan
Dalam Sholat
Tak bisa dipungkiri, saat kita sholat selalu saja ada hal hal
yang terlintas dalam fikiran kita. Bahkan sering sekali pada saat megerjakan
sholat kita justru mengingat sesuatu yang sebelumnya kita lupa. Baik berupa
barang maupun ide ide yang kita inginkan dalam pekerjaan. Rasanya kita semua
pernah merasakannya. Betul tidak, kawan ?
Abu Hurairah RA pun menyampaikan, Rasulullah SAW bersabda
bahwa setan memang suka menggoda orang-orang yang shalat. "Sesungguhnya
Rasulullah SAW telah bersabda, 'Jika salah seorang dari kalian shalat, setan
akan datang kepadanya untuk menggoda sampai ia tidak tahu berapa rakaat yang
telah ia kerjakan. Apabila salah seorang dari kalian mengalami hal itu,
hendaklah ia sujud dua kali (sujud syahwi) saat ia masih duduk dan sebelum
salam. Setelah itu baru mengucapkan salam'." (HR Bukhari dan Muslim).
Sebagai manusia biasa tentu tak lepas dari godaan syetan.
Inilah salah satu sebab utama yang menghalangi kita mencapai sholat khusyu’.
Syetan bukan makhluq yang dhohir (nampak), maka tentu ia
tidak akan mengganggu kita secara lahir melainkan secara bathin. Membisikkan
apa saja dalam diri kita sehingga kita kehilangan konsentrasi.
Untuk menghadirkan konsentrasi dalam sholat, ulama menunjukkan
jalan agar kita benar benar mengerti bacaan yang ada dalam sholat. Sebagaimana
dijelaskan di atas. Namun, permasalahnnya adalah jangankan mengerji arti dan
maknanya, membacanya saja kita masih banyak salah.
Jika, mengerti bacaan sholat adalah satu syarat untuk
mencapai sholat khusu’, sudah barang tentu akan banyak orang tidak beruntung
dan celaka karena tidak bisa sholat khusyu disebabkan tidak mengerti bacaan
sholat.
Bagi para ulama tentu sangat mudah karena ia mengerti betul
syarat dan rukunnya serta makna setiap bacaannya. Termasuk juga orang orang mengerti
bahasa Arab. Tapi kan tidak semua bisa mendapatkan kesempatan jadi ulama atau
orang yang bisa bahasa Arab. Bagaimana dengan si petani, si nelayan, atau orang
orang yang sibuk menghidupi keluarganya sehingga tidak punya kesempatan
belajar. Di antara mereka, jangankan artinya. Sekali lagi, jangankan artinya,
membacanya saja masih banyak salahnya.
Mungkinkah
Ada Jalan Lain
Pada dasarnya, kita semua ingin mencapai sholat yang khusyu’.
Dalam usia yang semakin bertambah tentu kita mengharapkan ada peningkatan
kualitas ibadah sholat yang kita kerjakan setiap hari. Tetapi, pada saat yang
sama kita tidak punya cukup waktu lagi dan kemampuan untuk mempelajari makna
setiap bacaan sholat. Terlalu banyak beban hidup dan tanggungan yang membuat
kita sulit mengingat apa yang baru kita pelajari. Ibarat kata “belajar di waktu
tua bagai mengukir di atas air”.
Tapi, lagi lagi kita juga ingin sholat dengan khusyu’. Kalau
jalannya adalah harus mengerti bacaan baru bisa khusyu’, mungkin kita akan
berkata “saya tidak beruntung atau bisa celaka, karena tidak bisa khusyu, sebab
tidak mengerti bacaan sholat”. Apa boleh buat.
Jangan menyerah kawan. Siapa tau ada jalan lain yang bisa
kita tempuh untuk mencapai sholat yang khusyu’. Inilah yang perlu kita cari.
Bukan maksud ingin keluar dari arahan para ulama. Karena apa ia, Allah SWT
jadikan satu satunya syarat untuk sholat khusyu’ dengan mengerti bacaan. Padahal
Allah SWT Maha tahu kemampuan hamba-Nya. Tidak semua kita mengerti atau bisa
memahami makna bacaan dalam sholat.
Mari sama sama berusaha. Kita sebagai orang awam. Sebagai
petani, sebagai nelayan, sebagai pedagang, sebagai buruh, dan sebagainya, tentu
juga bisa punya kesempatan sholat yang khusyu’. Kita bertanya dan mencari orang
yang bisa mebimbing kita melaksanakan sholat khusyu’.
Membaca dari buku atau mendengar dari media itu sudah benar.
Namun belum cukup untuk bisa kita praktekkan langsung sendiri. Harus ada
pembimbing yang kapan waktu bisa ditemui untuk bertanya disaat ada pengalaman
bathin yang kita rasakan saat melaksanakan sholat. Sebab pengalaman batin
setiap orang itu berbeda beda disaat ia melaksakan ibadah sholat. Mungkin
sesuai dengan maqamnya. Ada yang merasa tenang dan tenteram saat sholat. Ada
pula yang merasa ringan, semua beban terasa lepas dari dalam dirinya. Bahkan
ada yang merasakan kenikmatan yang lebih nikmat dari ia bergaul dengan
istrinya. Atau sebaliknya, ia sama sekali tidak merasakan apa-apa. Tidak ada
beda sholat atau bukan. Pertanyaannya, dimanaka kita ? Apa yang telah kita
rasakan saat sholat ?
Segera Temukan Jalanmu
Diakhir tulisan ini, saya ingin tegaskan agar kita bersungguh
sungguh memperhatikan sholat, serta berusaha mencapai maqam (derajat) sholat
yang khusyu’. Caranya adalah dengan berusaha meniti petunjuk jalan para ulama.
Usaha inilah yang utama untuk kita lakukan.
Ketika kita sudah berusaha namun ternyata kita sangat sulit
sampai pada poin nomor empat ‘mengerti setiap bacaan dalam sholat, baik artinya
maupun kandungannya’, maka berusahalah mencari jalan yang lain sesuai kemampuan
kita. Carilah segera pembimbing untuk kita mintai arahannya.
Ingatlah, masa aktif usia kita semakin berkurang. Itu artinya
sebentar lagi ibadah sholat kita akan diperiksa oleh Allah SWT. Jika kita tidak
persiapkan dengan baik maka bisa jadi kita termasuk orang celaka, seperti
disebutkan dalam surah Al Ma’un ayat 4-5. Namun, jangan berkecil hati. Kita
masih bisa menghirup udara dunia. Artinya kita masih punya kesempatan untuk
memperbaiki kualias sholat kita menjadi lebih baik. Dan tidak mustahil kita
termasuk orang yang beruntung, seperti yang disebutkan dalam Al Qur’an surah Al
Mu’minun ayat 1-2. Insya Allah.
Sebagai pesan penutup, dalam berusaha mencapai derajat sholat
khusyu’, jangan kita terjebak pada fikiran ingin mendapatkan karomah. Tetaplah
istiqomah menharapkan ridha Allah SWT dalam setiap ibadah. Ini dipesankan oleh
Abu Ali ad Daqaq, dalam kalimatnya yang indah :
“
Jadilah engkau sebagai manusia yang mampu beristiqomah, dan jangan sibuk
mengharapkan karomah. Dirimu selalu bergerak dalam pencarian karomah, sedangkan
Tuhanmu menghendaki engkau tetap dalam istiqomah.”
Wallahu A’lam bishshowab. [Juna Edogawa]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar