Inilah yang terjadi padaku
sekarang. Aku menjadi buta karena telah mencintaimu. Aku tidak bisa melihat
siapa siapa lagi selain dirimu. Kemuliaan dan keindahan akhlakmu telah
membutakanku.
Meskipun kebutaanku ini
diakibatkan olehmu, namun aku tak pernah menyesal. Kucoba untuk meraba-raba
mencari orang seperti dirimu, tak pernah kudapti lagi. Masihkah ada orang
semulia dirimu ?
Dalam sebuah kabar terdengar
kisah tentang keindahan akhlakmu. Adalah seorang sahabat yang bernama Hisyam bin Amir pernah bertanya kepada Aisyah r.a.
tentang akhlakmu. Aisyah r.a. menjawab, "Akhlak Nabi SAW adalah Alquran" (HR
Muslim).
Adakah akhlak
yang lebih mulia dibandingkan dengan akhlak Al-Qur’an ? dan siapa lagi yang
lebih sempurna akhlaknya selain dirimu ? Masih adakah ? Itulah yang membuatku
buta. Karena aku tidak melihat siapapun selain dirimu.
Akhlakmu Sempurna
Amatlah
mulia dirimu sebab kehadiranmu membawa cahaya kemuliaan akhlak. Membimbing
ummat manusia menjadi orang orang yang berakhlak. Demikian yang pernah engkau
sampaikan kepada penggemarmu, termasuk aku.
"Sungguh,
aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia" (HR. Baihaqi dan Al-Hakim).
Kemuliaanmu
yang patut untuk dijadikan suri tauladan juga telah disiarkan oleh berita dari
langit, dari Zat yang Maha Agung.
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allâh.” [al-Ahzâb/33:21]
Seseorang Ingin Meniru Akhlakmu
Seseorang Ingin Meniru Akhlakmu
Pernah sepeninggal dirimu,
seseorang ingin mencoba mengikuti jejak aklakmu. Dialah sahabat setiamu Abu
Bakar ash-Shiddiq. Ia ingin meniru setiap pekerjaan iabadah yang dulu pernah engkau
kerjakan. Setelah dirasa semua telah sama, ia pun pergi ke rumah putrinya yang
tak lain adalah istri tercintamu Aisyah radhianllahu anha.
Abu Bakar r.a. menanyakan
kepada Aisyah perihal apakah masih ada kebiasaan yang belum ia lakukan seperti
yang pernah engkau lakukan.
Kemudian istrimu yang
tercinta, memberitahukan bahwa. Semasa hidup engkau selalu memberi makan
seorang Yahudi tua yang buta di sebuah pasar.
Abu Bakar pun bergegas
menyiapkan makanan dan menuju ke tempat di mana Yahudi buta itu berada.
Setelah berjumpa dengannya,
bukan sambutan hangat yang Abu Bakar terima. Ia justru mendengar kata kata
kasar tentang dirimu. Namun Abu Bakar tetap berusaha tenang menyuapinya, sampai
Yahudi Buta itu menyadari bahwa yang sedang memberinya makan bukanlah orang
yang sama yang selama ini telah memberinya makan.
Abu Bakar pun heran.
Bagaimana ia tahu kalau yang memberikan ia makan adalah orang yang berbeda
padahal ia buta.
Si Yahudi tua dan buta itu
mengakatan, bahwa yang sebelumnya memberikan makan adalah orang sangat lembut.
Penuh kasih sayang. Sebelum ia suapkan kemulutku ia kunyah terlebih dahulu. Begitulah
si Yahudi buta itu mengisahkan indahnya akhlakmu kepada sahabatmu Abu Bakar.
Sambil menangis Abu Bakar
memberitahukan kepada Yahudi buta itu, bahwa yang menyuapinya makan dengan
lemah lembut dan penuh kasih sayang selama ini adalah orang yang selalu ia caci
maki, Tak lain adalah dirimu wahai Sang Kekasih hati.
Si Yahudi tua dan buta itu
pun tak kuasa menahan air mata. Ia menangis tersedu sedu. Ia sungguh menyesal.
Namun pada saat itulah akhirnya ia menyadari betapa mulia dirimu, hingga
akhirnya Yahudi buta itupun menjadi salah penggemarmu juga. Is bersyahadat di
hadapan sahabatmu Abu Bakar ash-Shiddiq.
Engkau
adalah Yang Paling Pandai Bersyukur
Kekagumanku padamu tak ada
habisnya. Semakin mengenalmu aku justru semakin mencintaimu.
Dalam hal ibadah engkau
segalanya. Padahal engkau sudah dijamin surga oleh Allah SWT. Segala
kesalahanmu yang telah lalu maupun yang akan datang sudah dimaafkan oleh-Nya.
Tapi, adakah kesalahanmu ? Tak pernah terdengar kesalahanmu baik itu berupa
perilaku maupun ucapan. Berita dari-Nya telah membenarkan hal itu.
“Dan
tiadalah yang diucapkannya itu (al-Qur`ân) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya) “
[an-Najm/53:3-4]
Ibadah yang engkau lakukan sebagai wujud syukur kepada Allah ‘Azza Wajalla, yang telah memberimu segala kemuliaan.
Ibadah yang engkau lakukan sebagai wujud syukur kepada Allah ‘Azza Wajalla, yang telah memberimu segala kemuliaan.
Sahabatmu yang bernama
Mughirah bin Syu’bah r.a. telah berkisah tentangmu.
عَنِ
الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- صَلَّى حَتَّى
انْتَفَخَتْ قَدَمَاهُ فَقِيلَ لَهُ أَتَكَلَّفُ هَذَا وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ
مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ « أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا
شَكُورًا ». رواه مسلم.
Dari
Mughirah bin Syu’bah, bahwasannya Nabi saw. melaksanakan shalat hingga kedua
mata kakinya bengkak. Lalu dikatakan kepadanya, “Mengapa engkau membebani
dirimu, padahal Allah telah mengampuni dosamu yang lalu dan yang akan datang?”
Beliau menjawab, “Bukankah seharusnya aku menjadi hamba yang banyak
bersyukur?.” (HR. Muslim).
Demikian
pula yang pernah diceritakan oleh Istrimu yang mulia nan tercinya, Aisyah r.a.
عَنْ
عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا صَلَّى قَامَ
حَتَّى تَفَطَّرَ رِجْلاَهُ قَالَتْ عَائِشَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَصْنَعُ
هَذَا وَقَدْ غُفِرَ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ «
يَا عَائِشَةُ أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا ». رواه مسلم.
Aisyah r.a. berkata,
Rasulullah saw. ketika melaksanakan shalat maka beliau berdiri hingga kedua
kakinya bengkak. Aisyah r.a. bertanya, “Wahai Rasulullah, Apa yang engkau
perbuat, sedangkan dosamu yang telah lalu dan yang akan datang telah diampuni.”
Lalu beliau menjawab, “Wahai Aisyah, bukankah seharusnya aku menjadi hamba yang
banyak bersyukur?”. (HR. Muslim).
Hati berdebar, diguncang
cinta karnamu. Sekali lagi, keindahan dan kemuliaan akhlakmu telah
membutakanku. Aku yakin, banyak lagi yang seperti diriku. Kami semua yang telah
jatuh cinta padamu hanya bisa berharap bisa jumpa dan bersamamu nanti di surga.
Aamiin. [Juna Edogawa]
Tarailu, 26/06/20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar