Sabtu, 04 Juli 2020

AKU TERLANJUR MENCINTAIMU


“ Dengan cinta, yang pahit menjadi manis. Dengan cinta, tembaga menjadi emas. Dengan cinta, sampah menjadi jernih. Dengan cinta, yang mati menjadi hidup. Dengan cinta, raja menjadi budak. Dari ilmu, cinta dapat tumbuh. Pernahkah kebodohan menempatkan seseorang di atas tahta seperti ini?” [Syekh Jalaluddin Rumi]

Perasaanku padamu sulit untuk diunkapkan. Namun rasanya nikmat dan terus bertambah saja. Entah apa yang ada padamu sehingga saat mengenalmu aku jatuh hati. Meskipun belum pernah melihatmu, namun mendengar segala kisah tentangmu aku semakin yakin bahwa engkaulah yang aku cari selama ini.

Semua orang kagum padamu, begitupun diriku. Dan yang membuatku takjub adalah karena orang yang memusuhimu ternyata malah kagum pula padamu. Bahkan di antara mereka ada yang mempoposisikan dirimu sebagai tokoh nomor satu di dunia diantara seratus tokoh berpengaruh di dunia. Begitu yang dituang dalam buku yang berjudul ‘100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia’ karya Michael H. Hart (Tahun 1978).

Layak, dan memang sangat pantas. Karena kehadiranmu di tengah manusia yang dikenal jahiliyah pada zaman itu mampu engkau warnai dengan akhlakmu yang mulia, sehingga mereka menjadi masyarakat yang terbaik akhlaqnya.

Syair Cinta Untukmu

Setiap sudut dari dunia ini terdapat para penggemarmu. Baik itu mereka yang pernah melihatmu langsung ataupun yang hanya mendengar namamu. Banyak yang berharap untuk bermimpi melihat indahnya wajahmu walau hanya dalam tidurnya, termasuk aku.
Syair dan lirik cinta dibuat untukmu sebagai tanda kerinduan yang selalu memenuhi  relung hati. Diantara syair cinta yang ditulis oleh pengagummu adalah Syekh Muhammad Al Kudhari, dengan bukunya “Sirah Nabawi”. Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri dengan karyanya “Sirah Nabawiah”. Syekh Muhammad Al-Bushiri “Qasidah Burdah”. Begitupun syair “Maulid Al-Diba’i” karya Imam Jalil Abd Al-Rahman bin Ali Al-Diba’i (1537 M). Tak ketinggalan goresan pena Syekh Ja’far Bin Husein bin Abd. Al-Karim Al-Barzanji Al-Madani, “Maulid Al-Barzanji” (1776).

Tentu masih banyak lagi syair cinta yang dibuat untukmu dan tidak mungkin kami tuliskan semua di lembaran yang sangat sempit ini. Aku yakin, syair cinta akan terus mengalir untukmu hingga hari akhir, termasuk yang aku tulis ini.

Aku Cemburu Pada Usaid bin Hudhair
Abdurrahman bin Abi Laila meriwayatkan dari Usaid bin Hudhair, dia berkata “Ketika dia, maksudnya adalah Usaid bin Hudhair, sedang berbicara dengan kaumnya dan di dalamnya ada canda, maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam memukul pinggangnya  dengan sebatang kayu. Maka dia berkata, ‘Beri saya kesempatan untuk qishash (membalas setimpal).” Beliau bersabda, “Silakan membalas.” Dia berkata, “Engkau memakai baju, sedangkan saya (ketika engkau pukul) tidak memakai baju.” Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengangkat bajunya. Maka dia (Usaid bin Khudair) langsung memeluknya dan mencium pinggangnya. Lalu dia berkata, ‘Inilah yang aku inginkan wahai Rasulullah.” (HR. Abu Daud, no. 5224, dari jalurnya juga diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Sunan Kubro, 7/102. Diriwayatkan pula oleh Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, 1/205, Hakim dalam Almustadrak, 3/327, Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq, 9/76)
Siapapun yang telah membaca riwayat di atas pasti akan sangat cemburu kepada Usaid bin Hudhair. Termasuk aku. Bagaimana tidak, kerinduan dan kecintaannya bisa ia dapatkan dengan begitu cerdik. Sebuah kesempatan yang tidak semua orang bisa mendapatkan. Bisa melihatmu saja sudah membuat kami meleh bahagia apalagi memeluk dan menciummu. Indahnya tak terlukiskan.

Cintaku Tidak Bertepuk Sebelah Tangan

Sebagai seorang kekasih tentu ingin mendapatkan jawaban atas cintanya. Itupun yang aku harapkan. Dari pencarian jawaban itu, aku temukan salah kisah tentangmu. Dalam kisah itu engkau sedang bersama para sahabatmu. Engkau ungkapkan persaanmu kepada mereka, bahwa betapa engkau sangat merindukan orang yang percaya padamu walau tak pernah melihatmu. Itu termasuk aku.

 Imam al-Qusyairi dalam kitabnya ar-Risalah. Dia mengutip riwayat dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW pernah bersabda.”Kapan aku akan bertemu para kekasihku?” 
Para sahabat bertanya, ”Bukankah kami adalah para kekasihmu?” Rasulullah menjawab,”Kalian memang sahabatku, para kekasihku adalah mereka yang tidak pernah melihatku, tetapi mereka percaya kepadaku. Dan kerinduanku kepada mereka lebih besar.”

Sekali lagi kusampaikan, bahwa aku termasuk yang percaya padamu. Dan banyak lagi yang ingin mengatakan hal yang sama sepertiku. Aku yakin. Aku bahagia dan sangat bahagia karenan cintaku tidak bertepuk sebelah tangan.

Surat Cinta Darimu

Aku ingin menertawai diriku sendiri. Bagaimana tidak, aku katakan cinta padamu namun belum satupun surat cinta kutulis untukmu. Sedangkan sebaliknya, telah banyak surat cinta yang engkau telah kirimkan padaku. Salah satu surat cinta itu adalah sebagaimana disebutkan dalam riwayat berikut ini.

Dari Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami radhiyallahu’anhu, beliau berkata, Aku pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku menyiapkan air wudhu` dan keperluan beliau. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku, Mintalah sesuatu!’ Maka sayapun menjawab, ‘Aku meminta kepadamu agar memberi petunjuk kepadaku tentang sebab-sebab agar aku bisa menemanimu di Surga’. Beliau menjawab, ‘Ada lagi selain itu?’. ‘Itu saja cukup ya Rasulullah’, jawabku. Maka Rasulullah bersabda, ‘Jika demikian, bantulah aku atas dirimu (untuk mewujudkan permintaanmu) dengan memperbanyak sujud (dalam shalat)‘” (HR. Muslim, no. 489).

Pesan yang telah engkau sampaikan kepada Rabi’ah bin Ka’ab agar bisa bersamamu di surga telah sampai pula padaku. Dan akupun ingin menemanimu di surga. Aku akan berusaha untuk memperbanyak sujud agar bisa bersamamu nanti. Insya Allah. Allahumma Shalli ‘Ala Muhammad, wa’ala ali Muhammad. Wallahu a’lam bishshowab [Juna Edogawa].



Tidak ada komentar:

MENAJAMKAN PANCA INDRA

Kegagalan terbesar seseorang bukan karena Ia tidak bisa meraih sebuah prestasi, melainkan karena ia gagal memahami fakta kebenaran yang suda...