“ Dengan
cinta, yang pahit menjadi manis. Dengan cinta, tembaga menjadi emas. Dengan
cinta, sampah menjadi jernih. Dengan cinta, yang mati menjadi hidup. Dengan
cinta, raja menjadi budak. Dari ilmu, cinta dapat tumbuh. Pernahkah kebodohan
menempatkan seseorang di atas tahta seperti ini?” [Syekh Jalaluddin Rumi]

Semua orang
kagum padamu, begitupun diriku. Dan yang membuatku takjub adalah karena orang
yang memusuhimu ternyata malah kagum pula padamu. Bahkan di antara mereka ada
yang mempoposisikan dirimu sebagai tokoh nomor satu di dunia diantara seratus
tokoh berpengaruh di dunia. Begitu yang dituang dalam buku yang berjudul ‘100
Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia’ karya Michael H. Hart (Tahun 1978).
Layak, dan
memang sangat pantas. Karena kehadiranmu di tengah manusia yang dikenal
jahiliyah pada zaman itu mampu engkau warnai dengan akhlakmu yang mulia,
sehingga mereka menjadi masyarakat yang terbaik akhlaqnya.
Syair Cinta
Untukmu
Setiap
sudut dari dunia ini terdapat para penggemarmu. Baik itu mereka yang pernah
melihatmu langsung ataupun yang hanya mendengar namamu. Banyak yang berharap
untuk bermimpi melihat indahnya wajahmu walau hanya dalam tidurnya, termasuk
aku.
Syair dan
lirik cinta dibuat untukmu sebagai tanda kerinduan yang selalu memenuhi relung hati. Diantara syair cinta yang
ditulis oleh pengagummu adalah Syekh Muhammad Al Kudhari, dengan bukunya “Sirah
Nabawi”. Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri dengan karyanya “Sirah Nabawiah”.
Syekh Muhammad Al-Bushiri “Qasidah Burdah”. Begitupun syair “Maulid Al-Diba’i”
karya Imam Jalil Abd Al-Rahman bin Ali Al-Diba’i (1537 M). Tak ketinggalan
goresan pena Syekh Ja’far Bin Husein bin Abd. Al-Karim Al-Barzanji Al-Madani,
“Maulid Al-Barzanji” (1776).
Tentu masih
banyak lagi syair cinta yang dibuat untukmu dan tidak mungkin kami tuliskan
semua di lembaran yang sangat sempit ini. Aku yakin, syair cinta akan terus
mengalir untukmu hingga hari akhir, termasuk yang aku tulis ini.
Aku Cemburu Pada Usaid bin Hudhair
Abdurrahman bin Abi Laila meriwayatkan dari Usaid
bin Hudhair, dia berkata “Ketika dia, maksudnya adalah Usaid bin Hudhair,
sedang berbicara dengan kaumnya dan di dalamnya ada canda, maka Nabi
shallallahu alaihi wa sallam memukul pinggangnya dengan sebatang kayu.
Maka dia berkata, ‘Beri saya kesempatan untuk qishash (membalas setimpal).”
Beliau bersabda, “Silakan membalas.” Dia berkata, “Engkau memakai baju,
sedangkan saya (ketika engkau pukul) tidak memakai baju.” Maka Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam mengangkat bajunya. Maka dia (Usaid bin Khudair)
langsung memeluknya dan mencium pinggangnya. Lalu dia berkata, ‘Inilah yang aku
inginkan wahai Rasulullah.” (HR. Abu Daud, no. 5224, dari jalurnya juga
diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Sunan Kubro, 7/102. Diriwayatkan pula oleh
Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, 1/205, Hakim dalam Almustadrak, 3/327, Ibnu
Asakir dalam Tarikh Dimasyq, 9/76)
Siapapun yang telah membaca
riwayat di atas pasti akan sangat cemburu kepada Usaid bin Hudhair. Termasuk aku. Bagaimana tidak, kerinduan dan
kecintaannya bisa ia dapatkan dengan begitu cerdik. Sebuah kesempatan
yang tidak semua orang bisa mendapatkan. Bisa melihatmu saja sudah membuat kami
meleh bahagia apalagi memeluk dan menciummu. Indahnya tak terlukiskan.
Cintaku Tidak Bertepuk Sebelah Tangan
Sebagai
seorang kekasih tentu ingin mendapatkan jawaban atas cintanya. Itupun yang aku
harapkan. Dari pencarian jawaban itu, aku temukan salah kisah tentangmu. Dalam
kisah itu engkau sedang bersama para sahabatmu. Engkau ungkapkan persaanmu
kepada mereka, bahwa betapa engkau sangat merindukan orang yang percaya padamu
walau tak pernah melihatmu. Itu termasuk aku.
Imam al-Qusyairi dalam kitabnya ar-Risalah. Dia mengutip
riwayat dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW pernah bersabda.”Kapan aku akan
bertemu para kekasihku?”
Para
sahabat bertanya, ”Bukankah kami adalah para kekasihmu?” Rasulullah
menjawab,”Kalian memang sahabatku, para kekasihku adalah mereka yang tidak
pernah melihatku, tetapi mereka percaya kepadaku. Dan kerinduanku kepada mereka
lebih besar.”
Sekali lagi kusampaikan,
bahwa aku termasuk yang percaya padamu. Dan banyak lagi yang ingin mengatakan
hal yang sama sepertiku. Aku yakin. Aku bahagia dan sangat bahagia karenan
cintaku tidak bertepuk sebelah tangan.
Surat Cinta Darimu
Aku ingin menertawai diriku
sendiri. Bagaimana tidak, aku katakan cinta padamu namun belum satupun surat
cinta kutulis untukmu. Sedangkan sebaliknya, telah banyak surat cinta yang
engkau telah kirimkan padaku. Salah satu surat cinta itu adalah sebagaimana disebutkan dalam riwayat berikut ini.
Dari
Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami radhiyallahu’anhu,
beliau berkata, Aku pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu
aku menyiapkan air wudhu` dan keperluan beliau. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
kepadaku, ‘Mintalah sesuatu!’ Maka sayapun menjawab, ‘Aku meminta kepadamu agar
memberi petunjuk kepadaku tentang sebab-sebab agar aku bisa menemanimu di
Surga’. Beliau menjawab, ‘Ada lagi selain itu?’. ‘Itu saja cukup ya
Rasulullah’, jawabku. Maka Rasulullah bersabda, ‘Jika demikian, bantulah aku
atas dirimu (untuk mewujudkan permintaanmu) dengan memperbanyak sujud (dalam
shalat)‘” (HR. Muslim,
no. 489).
Pesan yang telah engkau sampaikan kepada Rabi’ah bin Ka’ab
agar bisa bersamamu di surga telah sampai pula padaku. Dan akupun ingin
menemanimu di surga. Aku akan berusaha untuk memperbanyak sujud agar bisa
bersamamu nanti. Insya Allah. Allahumma
Shalli ‘Ala Muhammad, wa’ala ali Muhammad. Wallahu a’lam bishshowab [Juna Edogawa].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar